Belajar Pada Anju dan Sarkodit: Cara Berkolaborasi antara Penulis dan Ilustrator dan Memasarkan Buku Pertamanya

Hari ini setiap penulis dan ilustrator perlu effort lebih untuk mempublikasikan karyanya. Tidak hanya mebuat karya kemudian berpangku tangan dan menyerahkannya pada vendor penerbitan saja, ada hal yang harus diupayakan agar bukunya ramai di pasaran.  Hal itu yang dilakukan oleh Anju dan Sarkodit, penulis dan ilustrator Buku Manusia Sore sehingga penjualannya terbilang sukses.    


Doc pribadi

Manusia Sore adalah kumcer yang terdapat ilustrasi di dalamnya. terang saja itu buku berilustrasi pertama yang pernah kubeli.

 Alasan pertama kenapa memilihnya karena tentu saja ada karya ilustrasi Sarkodit. Aku mengagumi karya-karya Kak Adit. Dia salah satu role model ilustrator bagiku. 

Dan aku penasaran karena buku ini adalah debut pertama bagi penulis dan ilustratornya, tentu ada banyak cerita dibalik penerbitannya. Menarik!

Anju & Sarkodit

Talkshow buku Manusia Sore terselenggara pada hari sabtu, 04 Nopember 2023, pukul 15.00 WIB.   Talkshow ini merupakan salah satu rentetan acara pameran Ilustrasee yang berlangsung dengan tajuk "Ini Juga Ilustrasi #2" yang berlangsung pada 21 Oktober - 5 November 2023 di NuArt Sculpture Park, Bandung. 

Talkshow yang bertajuk  Bagaimana mengaplikasikan ilustrasi pada naskah novel. Nah, sesuatu yang kubutuhkan, aku selalu penasaran seperti apa proses ekseskusinya. Selain itu buku ini adalah buku pertama yang diterbitkan Anju. Aku berharap bisa belajar dari pengalamnnya agar kelak bukuku yang bisa terbit. 

Mari kita belajar dari pengalaman mereka perihal bagaimana cara penulis dan ilustrator berkolaborasi dari mulai melahirkan karya hingga berhasil memasarkannya. Simak ya...


Ilustrasi Tak Boleh Spoiler

Bagaimana cara mengilustrasikan sebuah cerita dalam buku?

Jadi kalau membuat ilustrasi sebuah buku cerita, memvisualkan berarti tidak memberi spoiler. 
"Ilustrasinya jangan bikin spoiler  tapi ilustrasikan sesuatu yang membuat pembaca penasaran dan tertarik," ungkap Sarkodit.

Itu sebabnya Sarkodit menjelaskan bahwa ilustrasi dalam buku Manusia Sore,  bermain pada simbol-simbol yang general. 

Misalnya seperti pada bab cerita Penjual Kebahagiaan, Sarkodit menggunakan troli untuk ilustrasinya, padahal dalam ceritanya tidak ada sama sekali disinggung redaksi troli, namun troli menandakan sebagai alat yang digunakan di pasar raya dan transaksi, secara general troli bersinggunagan dengan jual-beli.  Simbol general juga akan memberi upaya pembaca untuk menginterpretasikannya. 

Sarkodit mengaku, dia cukup membebaskan diri utnuk mengilustrasikannya. Mengingat buku ini adalah seutuhnya adalah project dan karya pribadinya. Hanya memperhatikan teknis soal warna ketika dicetak dan itu penting sekali, ungkapnya lagi. 

Selanjutnya, Sarkodit juga menerangkan bahwa project ini terealisasi dengan baik karena dia dan Anju memiliki konsep yang kuat sejak awal, sehingga itu memudahkan mereka berdua untuk menyelesaikan project ini sampai akhir. 


Penulis Pemula... Catat Ini!


Jika kamu membaca buku Manusia Sore maka kamu akan paham betapa sangat ideologis sekali konsep cerita yang Anju tulis.  penuh pesan reflektif tapi harus dipikirkan dalam-dalam untuk bisa menemukannya. Related tapi kontras dengan khalayak. memberontak tapi sopan (begitu menurutku 😆) 

Bagaimana bisa seorang penulis pemula berani untuk menulis ide-idenya tanpa harus terganggu dengan sekat yang bernama  trend bacaan yang sedang digandrungi pasar. 

Anju menjawab, "Kita semua human being, akan selalu ada related dengan cerita apapun. Karena kita menulis soal manusia dan kehidupannya. Jadi jangan takut untuk menuliskannya." 

Dan Anju menjelaskan bagaimana akhirnya dia menulis ceritanya dan mengatasi ketakutan-ketakutannya sebagai pemula.  

"Saya membiarkan diri saya untuk menulis jelek." 

Karena membebesakan dirinya untuk jelek maka naskah tulisannya akhirnya selesai. 

"Dan kita membutuhkan seorang editor. Biarkan editor yang membantu dan mengarahkan kita selanjutnya." 

Banyak note pendek yang terkumpul, dimana dia mendapatkan ide dan redaksi bagus secara random dalam kesehariannya, kemudian dia menuliskannya pada note cepat, entah itu ditulis atau rekam suara. Dengan demikian dia bisa meraciknya menjadi draft naskah buku. 

Satu hal yang tak kalah penting, Anju dan Sarkodit menyiapkan marketing plan yang matang dan melampirkannya di dalam porposal ketika menemui penerbitan. Itu menjadi point penting buku pertama mereka bisa diterbitkan penerbit. 
 

Marketing Plan yang Sungguh-sungguh

Anju adalah seorang copywriter, tentu profesinya ini membuatnya sangat melek bagaimana cara memasarkan buku pertamanya. Faktanya Anju benar-benar membuat marketing plan dan memetakanya sejak naskah bukunya menjadi draft awal. 

Marketing plan yang diungkapkan Anju terealisasi pada pembuatan landpage bukunya sendiri, Manusia Sore Hari . Dengan terkekeh Anju dan Sarkodit menyatakan bahwa mereka cukup tekad memulai project-nya dengan membuat website khusus yang fungsinya teaser buku yang belum (tahu tepatnya) kapan terbitnya. 

Tapi landpage tersebut membuat keduanya semakin kokoh untuk mengupayakn karya harus terbit seseuai rencana mereka. Keren ya!

Aku membeli buku manusia secara PO di marketplace, setelah launching aku tidak bisa menahan kekecewaan karena kualitas gambar dari bukunya kurang memuaskan, sementara aku sangat berharap bisa menikmati karya-karya ilustrasinya Sarkodit. 

Rupanya Anju dan Sarkodit juga merilis versi box set buku Manusia Sore setelahnya, terdapat banyak aksesoris seperti stiker dan postcard. Mereka juga menyiapkan merchandises yang lucu. Versi terbatas ini turut menjadi icon pada launching buku Manusia Sore sehingga banyak insan sosmed pecinta buku datang dan menghadiri launching buku mereka.   

Launching Buku Manusia Sore dengan tema pesta teh sesuai dengan salah satu judul bukunya Pesta Teh paling Sial. Detailnya kalian bisa lihat di postingan instagram buku manusia sore di sini.    

Anju juga menegaskan bahwa  setelah menerbitkan buku, penulis dan ilustrator sebaiknya menjemput bola. Manfaatkan dan dekati jejaring sosial media, juga para influencer dan pengulas buku dari beberapa komunitas buku, editor dan penerbit-penerbit. 

"Mereka banyak mengulas buku kita mungkin dari launhcing buku kami yang unik. Itu lah kenapa buku kami terangkat lumayan signifikan," ungkap Anju. 

O ya, aku juga bertanya soal marketing plan di akhir sesi. Lebih lanjut Anju menjelaskan marketing plan yang mereka buat terdiri dari marketing pra launching, pas launching, dan setelah launching. 

Semoga menginspirasimu ya sob.  Terima kasih sudah membaca tulisanku. 




Post a Comment

0 Comments